Tembang Mahakam: Nyanyian Sungai Khatulistiwa

Mahakam, o, mahakam. Kutuliskan semua rasa yang menggelora itu di sini. Di antara riak gelombangmu yang tak pernah bosan kutatap berlama-lama. Ijinkan sajak-sajak ini terus kudendangkan, bersama angin dan kapal yang lewat.

Wednesday, June 09, 2004

PERJALANAN (2)

Oleh: Y. Wibisono

mahoni tua itu ternyata masih mengenaliku
dan segera saja kami akrab berkelakar
tentang lelaki yang hatinya gersang
seperti tebing-tebing kapur
dengan garis hitam melintang di kejauhan
lalu aku bilang: anginmu kering
seperti musimmu yang kering
bahkan hujan semalampun
adalah hujan yang meradang

dan layaknya arus di riam udang
ceritamupun mengalir deras ke uratku
tentang rimbamu dulu yang bagai dongeng
dengan mata air dari kayangan
burung-burung dan siamang yang bergelantungan
juga hantu-hantu pulau kumala
yang mengunjungimu di akhir pekan
aku katakan: itu lalu!
rimba-rimba itu telah lari
dikejar para pendatang
pulau itupun, kau tak mengenalinya pula
maka, inilah kau
yang tersisa dari mimpi itu

aku ceritakan tentang banjir di kotaku
banjir yang menggelepar
banjir yang menggenang
dari tetesan liur para pemburu proyek
menghajar gunung dan menimbun rawa
maka, inilah kita
yang tersisa dari mimpi itu

Samarinda, 8 Juni 2004

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home