Tembang Mahakam: Nyanyian Sungai Khatulistiwa

Mahakam, o, mahakam. Kutuliskan semua rasa yang menggelora itu di sini. Di antara riak gelombangmu yang tak pernah bosan kutatap berlama-lama. Ijinkan sajak-sajak ini terus kudendangkan, bersama angin dan kapal yang lewat.

Friday, January 02, 2004

PAGI, KABUT DAN BIMBANGKU

Oleh: Y. Wibisono

Hamparan rerumputan dan bening air kolam,
selamat pagi ...
bersama rindang ranting pohon dan kabut tipis ini
ingin kumanja semua rasa

mata kail yang terayun ringan
terpercik indah dalam bias mentari pagi
menabur harap pada yang riang berenang di sana
datanglah dan sudilah makan

jiwa yang tak jua menyatu dalam kesempurnaan pagi ini
mencoba tertatih mengenang yang pernah ada
seakan tersesat saat kucoba berlari
dan sadarkan
tiga tahun telah terlewati
pergi bersama kabut yang ditepis sang angin

dan kau adinda,
akankah kutemukan di bening matamu,
setangkai cinta dalam keharuman
(yang kudambakan sekuat karang pantai selatan?)
sementara
hati ini kerap berubah warna

di sudut pagi yang berhiaskan kemilau embun
kucoba lantangkan kegetiran ini
janji,
benarkah hanya terali besi
yang kan membelenggu
dan hempaskan diri dalam kesedihan?

pagi, kabut dan
aku termangu ...

(Samarinda: Lempake, 12 Mei 1996)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home